Kondisi
Fisik wilayah Geografis Dengan Aktifitas Pendududuk
Indonesia merupakan Negara kepulauan
yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan, maupun dasar laut.
Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan
aktifitas dengan manusianya. Masi ingatkah kalian pada kondisi social suatu
wilayah tidak akan terlepas dari keadaan fisiknya. Satu ciri utama kajian
geografis adalah mengakaji saling hubungan antara unsur fisik dan unsure social
di permukaan bumi.
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh
manusia pada hakikatnya tergantung pada kondisi lingkungan fisik itu sendiri
dan kualitas manusianya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
berpengaruh pada kegiatan manusia untuk megelola dan memanfaatkan kondisi
lingkungan fisiknya untuk kesejahteraan hidupnya. Dalam materi ini akan dibahas
kondisi fisik wilayah Daerah Istimewa Yogayakarta dan hubungannya dengan
aktifitas penduduk di sekitarnya.
A. Kondisi geografis Daerah Istimewa
Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah
daerah tingkat I di Indonesia dengan Ibukota Yogyakarta, yang wilayahnya
terletak di bagian tengah pulau Jawa. Yogyakarta terletak dijantung pulau Jawa.
Secara geologis propinsi DIY termasuk zona tengah bagian selatan dari formasi
geologi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Letak Yogyakarta yang berada di
tengah-tengah pulau Jawa ini merupakan wilayah yang sangat strategis dalam
jaringan ekonomi terutama pulau Jawa bagian selatan.
Batas – batas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut :
Sebelah utara : Gunung Merapi
Sebelah timur : Kota Klaten
Sebelah selatan : Samudra Hindia
Sebelah barat : Purworejo
Sementara secara astronomi
wilayah DIY terletak diantara 70° 33' LS - 8° 12' LS dan 110° 00' BT - 110° 50'
BT.. Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi wilayah dari eks Swapraja Kasultanan
Yogyakarta dan eks Swapraja Pakualaman serta daerah eks enclave Kapenawon
Ngawen di Gunung Kidul, eks Kawedanan Imogiri dan Kapenawon Kotagede di Bantul,
yang mana ketiga tersebut semula termasuk wilayah propinsi Jawa Tengah. Jadi
secara keseluruhan luas wilayah DIY mencapai 3. 185, 80 km persegi. Dengan
demikian bentuk keseluruhan Daerah Istimewa Yogyakarta menyerupai segitiga
dengan puncak gunung Merapi setinggi 2991 meter terletak di sebelah utara.
Komponen fisiografi yang menyusun
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 (empat) satuan fisiografis
yaitu Satuan Pegunungan Selatan (Dataran Tinggi Karst) dengan ketinggian tempat
berkisar antara 150 - 700 meter, Satuan Gunungapi Merapi dengan ketinggian
tempat berkisar antara 80 - 2.911 meter, Satuan Dataran Rendah yang membentang
antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo pada ketinggian 0 - 80
meter, dan Pegunungan Kulonprogo dengan ketinggian hingga 572 meter.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai luas 3.185,80 km², terdiri dari 4 kabupaten dan 1 Kota, yaitu Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan
Kabupaten Kulonprogo. Setiap kabupaten/kota mempunyai kondisi fisik yang
berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama. Perbedaan kondisi
fisik ini ikut menentukan dalam rencana pengembangan daerah.
Wilayah DIY terbagi dalam empat satuan fisiografik,
yaitu:
a. Pegunungan selatan
Pegunungan selatan ini terbagi
menjadi empat fisiografik yang secara berurutan dari selatan ke utara, yang
meliputi Pegunungan Sewu, Ledok Wonosari, Pegunungan Masif Panggung dan
Pegunungan Batur Agung.
b. Gunung Api
(Vulkan) Merapi.
Vulkan Merapi ini terletak di
bagian utara Daerah Istimewa Yogyakarta, penyebarannya sebagian besar termasuk
di wilayah Kabupaten Sleman dan sebagian Kotamadya Yogyakarta. Gunung Merapi
merupakan gunung berapi muda yang masih aktif. Letusannya bersifat merusak dan
berbahaya, dikarenakan dapat mengalirkan lahar dan membawa awan panas sedangkan
material yang dikeluarkan bersifat andesitis.
c. Dataran rendah antara pegunungan selatan
dan pegunungan Kulon Progo.
d. Daerah pantai yang terdapat di Bantul dan objek
wisata pantai di Wonosari.
B.
Hubungan Kondisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta dengan penduduk di
sekitarnya
Ternyata lingkungan fisik tempat
hidup manusia di permukaan bumi berbeda-beda. Ada wilayah yang bergunung dan
berbukit, tanahnya kurang subur, iklimnya tidak nyaman. Kondisi yang demikian
akan menyulitkan penduduknya, baik dibidang ekonomi, maupun transportasi.
Sebaliknya ada pula wilayah permukaan bumi yang tropografinya landai, iklimnya
nyaman, curah hujannya cukup, tanahnya subur. Bagi daerah yang subur
tropografinya landai cukup sumber air iklimnya nyaman, menjadi pusat akumulasi
penduduk untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Aktifitas penduduk dalam memenuhi
hidupnya cenderung dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya, walaupun tidak
sepenuhnya mutlak. Kosentrasi penduduk cenderung terjadi pada daerah-daerah
yang topografi datar, tanahnya subur, dekat sumber air dan iklimya sejuk.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia maupun
mengurangi pengaruh lingkungan alamnya, karena ada faktor-faktor endogen dalam
diri manusia yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai kesulitan. Hubungan
kondisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta dengan penduduk di sekitarnya dapat
dijelaskan sebagai berikut.
A. Bentuk-Bentuk
Dataran dan Aktivitas Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Wilayah
dataran tinggi
Dataran
tinggi adalah bentuk muka bumi yang relatif datar yang letaknya di daerah yang
tinggi yaitu memiliki ketinggian antara 700-800 meter di atas permukaan laut.
Wilayah yang berada di dataran tinggi :
Aktifitas penduduk karena daerah ini beriklim sejuk. Di dataran tinggi
kegiatan ekonomi penduduk cenderung dibidang pertanian lahan kering. Ladang
pertanian yang dibudidayakan adalah hortikultura antara lain, sayur-sayuran,
buah-buahan dan taman hias.
Corak
kehidupan daerah dataran tinggi. Penduduk di daerah ini umumnya bekerja dalam
sektor pertanian terutama perladangan. Contoh dataran tinggi di Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah dataran tinggi Gembirowati, kecamatan Panggang dan Purwosari.
2. Wilayah
pegunungan
Pegunungan
merupakan deretan atau rangkaian gunung yang tinggi dibandingkan daerah
sekitarnya. Pegunungan memiliki ketinggian 500 m di atas permukaan laut.
Aktivitas
penduduk di wilayah ini yaitu memafaatkan areal hutan, dibudidaya perkebunan,
seperti kina, karet dan teh. Penduduk yang bermukim di daerah pegunungan
sebagian ada yang bekerja sebagai buruh perkebunan. Contoh daerah pegunungan di
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Sleman, Kota Yogyakarta dan
sebagian Bantul, Wonosari dan Kulon Progo.
3. Wilayah
dataran rendah
Dataran
rendah adalah bentuk permukaan bumi yang relative datar dan letaknya di daerah
yang rendah memiliki ketinggian dari 600 m di atas permukaan laut.
Dataran
rendah merupakan dataran tempat untuk kosentrasi Penduduk, karena itu daerah
dataran
redah sangat cocok untuk pemukiman penduduk dengan pola kosentris. Aktivitas
penduduk
terdiri atas berbagai jenis, mulai dari pertanian, perikanan, tambak.
Dibidang
pertanian, perkebunan dan perikanan bisa dikembangkan karena tersedianya air
yang cukup, di samping iklimnya yang menunjang untuk pertumbuhan tanaman
dataran rendah.
Disamping
itu bidang industri dan jasa di dataran rendah dapat berkembang secara optimal,
hal ini bisa terjadi karena ditunjang oleh sarana dan prasarana berupa
transportasi jalan raya dan jalan kereta api, pusat pertokoan dan perdagangan
serta pendidikan. Contoh daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdapat di
dataran rendah adalah daerah yang membentang di bagian selatan DIY, mulai dari
Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu
B. Bentuk-Bentuk
perairan dan Aktivitas Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Wilayah
dataran pantai
Dataran
pantai adalah daerah yang letaknya ditepi laut di mana sejauh air pasang masih
bisa mencapai daratan. Penduduk yang bertempat
tinggal di pantai tidak selalu bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini
tergantung pada kondisi pantainya curam dan terjal tetentu saja akan mencari
jalan lain, misalnya sebagi petani. Karena pada pantai yang tebingnya terjal
menyulitkan dipakaii sebagai pelabuhan ikan.
Tetapi jika pantainya landai justru mata pencahariannya sebagai nelayang
penangkap ikan, karena pantai yang landai, gelombang laut tidak terlalu besar,
baik dijadikan dermaga tempat berlabuhnya kapal-kapal motor para nelayan. Corak
kehidupan di daerah pantai. Penduduk umumnya bekerja sebagai nelayan, penjual
jasa wisata, sektor perikanan dan perkebunan kelapa. Contoh daerah di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang terdapat di daerah pantai adalah Bantul, Wonosari dan Kulon Progo.
Keadaan alam sangat mempengaruhi mata pencarian
penduduk.Kebanyakan penduduk sekitar pantai bekerja sebagai nelayan. Mereka yang
tinggal di dataran tinggi bekerja sebagai petani. Umumnya mereka bertani
sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan. Masyarakat yang tinggal di
dataran rendah juga bertani. Tapi pertanian mereka lain. Mereka mengolah
sawah-sawah yang luas. Tanaman pokoknya adalah padi. Masyarakat di daerah yang
tidak memiliki curah hujan tinggi dan tidak ada sawah juga bekerja sebagai
petani.
Tetapi yang mereka tanam bukan padi. Mereka menanam kacang-kacangan,
umbi-umbian, ketela, dan sebagainya. Masyarakat yang tinggal di daerah padang
rumput yang luas mengusahakan peternakan. Mereka memelihara hewan seperti
kerbau, sapi, kuda,domba, kambing, dan sebagainya.