Pages

Senin, 03 Juni 2013

materi IPS kelas IV kurikulum 2013



Kondisi Fisik wilayah Geografis Dengan Aktifitas Pendududuk
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan, maupun dasar laut. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan aktifitas dengan manusianya. Masi ingatkah kalian pada kondisi social suatu wilayah tidak akan terlepas dari keadaan fisiknya. Satu ciri utama kajian geografis adalah mengakaji saling hubungan antara unsur fisik dan unsure social di permukaan bumi.
Pemanfaatan lingkungan fisik oleh manusia pada hakikatnya tergantung pada kondisi lingkungan fisik itu sendiri dan kualitas manusianya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada kegiatan manusia untuk megelola dan memanfaatkan kondisi lingkungan fisiknya untuk kesejahteraan hidupnya. Dalam materi ini akan dibahas kondisi fisik wilayah Daerah Istimewa Yogayakarta dan hubungannya dengan aktifitas penduduk di sekitarnya.
A.    Kondisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah daerah tingkat I di Indonesia dengan Ibukota Yogyakarta, yang wilayahnya terletak di bagian tengah pulau Jawa. Yogyakarta terletak dijantung pulau Jawa. Secara geologis propinsi DIY termasuk zona tengah bagian selatan dari formasi geologi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Letak Yogyakarta yang berada di tengah-tengah pulau Jawa ini merupakan wilayah yang sangat strategis dalam jaringan ekonomi terutama pulau Jawa bagian selatan.
Batas – batas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai berikut :
      Sebelah utara : Gunung Merapi 
      Sebelah timur : Kota Klaten
      Sebelah selatan : Samudra Hindia
      Sebelah barat : Purworejo
    

Sementara secara astronomi wilayah DIY terletak diantara 70° 33' LS - 8° 12' LS dan 110° 00' BT - 110° 50' BT.. Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi wilayah dari eks Swapraja Kasultanan Yogyakarta dan eks Swapraja Pakualaman serta daerah eks enclave Kapenawon Ngawen di Gunung Kidul, eks Kawedanan Imogiri dan Kapenawon Kotagede di Bantul, yang mana ketiga tersebut semula termasuk wilayah propinsi Jawa Tengah. Jadi secara keseluruhan luas wilayah DIY mencapai 3. 185, 80 km persegi. Dengan demikian bentuk keseluruhan Daerah Istimewa Yogyakarta menyerupai segitiga dengan puncak gunung Merapi setinggi 2991 meter terletak di sebelah utara.
Komponen fisiografi yang menyusun Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 (empat) satuan fisiografis yaitu Satuan Pegunungan Selatan (Dataran Tinggi Karst) dengan ketinggian tempat berkisar antara 150 - 700 meter, Satuan Gunungapi Merapi dengan ketinggian tempat berkisar antara 80 - 2.911 meter, Satuan Dataran Rendah yang membentang antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo pada ketinggian 0 - 80 meter, dan Pegunungan Kulonprogo dengan ketinggian hingga 572 meter.
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80 km², terdiri dari 4 kabupaten dan 1 Kota, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulonprogo. Setiap kabupaten/kota mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama. Perbedaan kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana pengembangan daerah.
Wilayah DIY terbagi dalam empat satuan fisiografik, yaitu:
a.    Pegunungan selatan
Pegunungan selatan ini terbagi menjadi empat fisiografik yang secara berurutan dari selatan ke utara, yang meliputi Pegunungan Sewu, Ledok Wonosari, Pegunungan Masif Panggung dan Pegunungan Batur Agung.
b.      Gunung Api (Vulkan) Merapi.
Vulkan Merapi ini terletak di bagian utara Daerah Istimewa Yogyakarta, penyebarannya sebagian besar termasuk di wilayah Kabupaten Sleman dan sebagian Kotamadya Yogyakarta. Gunung Merapi merupakan gunung berapi muda yang masih aktif. Letusannya bersifat merusak dan berbahaya, dikarenakan dapat mengalirkan lahar dan membawa awan panas sedangkan material yang dikeluarkan bersifat andesitis.
c. Dataran rendah antara pegunungan selatan dan pegunungan Kulon Progo.
d. Daerah pantai yang terdapat di Bantul dan objek wisata pantai di Wonosari.
B. Hubungan Kondisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta dengan penduduk di sekitarnya
Ternyata lingkungan fisik tempat hidup manusia di permukaan bumi berbeda-beda. Ada wilayah yang bergunung dan berbukit, tanahnya kurang subur, iklimnya tidak nyaman. Kondisi yang demikian akan menyulitkan penduduknya, baik dibidang ekonomi, maupun transportasi. Sebaliknya ada pula wilayah permukaan bumi yang tropografinya landai, iklimnya nyaman, curah hujannya cukup, tanahnya subur. Bagi daerah yang subur tropografinya landai cukup sumber air iklimnya nyaman, menjadi pusat akumulasi penduduk untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Aktifitas penduduk dalam memenuhi hidupnya cenderung dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya, walaupun tidak sepenuhnya mutlak. Kosentrasi penduduk cenderung terjadi pada daerah-daerah yang topografi datar, tanahnya subur, dekat sumber air dan iklimya sejuk. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia maupun mengurangi pengaruh lingkungan alamnya, karena ada faktor-faktor endogen dalam diri manusia yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai kesulitan. Hubungan kondisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta dengan penduduk di sekitarnya dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Bentuk-Bentuk Dataran dan Aktivitas Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Wilayah dataran tinggi
Dataran tinggi adalah bentuk muka bumi yang relatif datar yang letaknya di daerah yang tinggi yaitu memiliki ketinggian antara 700-800 meter di atas permukaan laut. Wilayah yang berada di dataran tinggi :
Aktifitas penduduk karena daerah ini beriklim sejuk. Di dataran tinggi kegiatan ekonomi penduduk cenderung dibidang pertanian lahan kering. Ladang pertanian yang dibudidayakan adalah hortikultura antara lain, sayur-sayuran, buah-buahan dan taman hias.
Corak kehidupan daerah dataran tinggi. Penduduk di daerah ini umumnya bekerja dalam sektor pertanian terutama perladangan. Contoh dataran tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dataran tinggi Gembirowati, kecamatan Panggang dan Purwosari.
2. Wilayah pegunungan
Pegunungan merupakan deretan atau rangkaian gunung yang tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Pegunungan memiliki ketinggian 500 m di atas permukaan laut.
Aktivitas penduduk di wilayah ini yaitu memafaatkan areal hutan, dibudidaya perkebunan, seperti kina, karet dan teh. Penduduk yang bermukim di daerah pegunungan sebagian ada yang bekerja sebagai buruh perkebunan. Contoh daerah pegunungan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul, Wonosari dan Kulon Progo.
3. Wilayah dataran rendah
Dataran rendah adalah bentuk permukaan bumi yang relative datar dan letaknya di daerah yang rendah memiliki ketinggian dari 600 m di atas permukaan laut.
Dataran rendah merupakan dataran tempat untuk kosentrasi Penduduk, karena itu daerah
dataran redah sangat cocok untuk pemukiman penduduk dengan pola kosentris. Aktivitas
penduduk terdiri atas berbagai jenis, mulai dari pertanian, perikanan, tambak.
Dibidang pertanian, perkebunan dan perikanan bisa dikembangkan karena tersedianya air yang cukup, di samping iklimnya yang menunjang untuk pertumbuhan tanaman dataran rendah.
Disamping itu bidang industri dan jasa di dataran rendah dapat berkembang secara optimal, hal ini bisa terjadi karena ditunjang oleh sarana dan prasarana berupa transportasi jalan raya dan jalan kereta api, pusat pertokoan dan perdagangan serta pendidikan. Contoh daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdapat di dataran rendah adalah daerah yang membentang di bagian selatan DIY, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu
B. Bentuk-Bentuk perairan dan Aktivitas Penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta
1. Wilayah dataran pantai
Dataran pantai adalah daerah yang letaknya ditepi laut di mana sejauh air pasang masih bisa mencapai daratan. Penduduk yang bertempat tinggal di pantai tidak selalu bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini tergantung pada kondisi pantainya curam dan terjal tetentu saja akan mencari jalan lain, misalnya sebagi petani. Karena pada pantai yang tebingnya terjal menyulitkan dipakaii sebagai pelabuhan ikan.
Tetapi jika pantainya landai justru mata pencahariannya sebagai nelayang penangkap ikan, karena pantai yang landai, gelombang laut tidak terlalu besar, baik dijadikan dermaga tempat berlabuhnya kapal-kapal motor para nelayan.
Corak kehidupan di daerah pantai. Penduduk umumnya bekerja sebagai nelayan, penjual jasa wisata, sektor perikanan dan perkebunan kelapa. Contoh daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdapat di daerah pantai  adalah Bantul, Wonosari dan Kulon Progo.

Keadaan alam sangat mempengaruhi mata pencarian penduduk.Kebanyakan penduduk sekitar pantai bekerja sebagai nelayan. Mereka yang tinggal di dataran tinggi bekerja sebagai petani. Umumnya mereka bertani sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman perkebunan. Masyarakat yang tinggal di dataran rendah juga bertani. Tapi pertanian mereka lain. Mereka mengolah sawah-sawah yang luas. Tanaman pokoknya adalah padi. Masyarakat di daerah yang tidak memiliki curah hujan tinggi dan tidak ada sawah juga bekerja sebagai
petani. Tetapi yang mereka tanam bukan padi. Mereka menanam kacang-kacangan, umbi-umbian, ketela, dan sebagainya. Masyarakat yang tinggal di daerah padang rumput yang luas mengusahakan peternakan. Mereka memelihara hewan seperti kerbau, sapi, kuda,domba, kambing, dan sebagainya.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar