Pages

Senin, 27 Mei 2013

cerpen " Pak Ton " ( tugas laporan bahasa Indonesia studi ekskursus Monjali )


Perjuangan Pak Ton
Disebuah desa yang terletak di pinggir kota ada sebuah keluarga yang cukup sederhana. Nita dan Rena adalah seorang kakak adik, Nita masih duduk di kelas 5 SD sedangkan Rena masih TK. Ayah mereka berprofesi sebagai guru SD dan ibunya sebagai penjahit baju di rumah. Ayah Nita dan Rena namanya Toni, jika sedang di sekolah sering dipanggil Pak Ton.
Pak Ton adalah seorang guru SD yang masih honorer, gajinya pun sangat minim untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun Pak Ton dikenal sangat kreatif dalam menyampaikan pelajaran, walaupun gajinya tidak sebarapa tetapi Pak Ton selalu semangat menjadi seorang guru SD. Murid-muridnya pun banyak yang suka dengan cara mengajarnya, dia selalu mempunyai ide-ide yang sangat menarik untuk mengalihkan konsentrasi siswanya saat belajar. Akan tetapi Nita tidak diajar ayahnya karena Pak Ton hanya mengajar kelas 3 dan 4 saja.
Suatu hari saat berkumpul di depan TV dengan keluarga istri Pak Ton bertanya,”Kenapa ayah tidak ganti pekerjaan saja yang gajinya lebih besar dari yang sekarang?”, Pak Ton menjawab sekaligus memberi nasehat kepada anak-anaknya.”Tidak, karena ayah sudah niat menjadi seorang guru walau gajinya tidak seberapa. Untuk anakku Nita dan Rena, ayah bekerja menjadi seorang guru SD karena ayah sejak kecil ingin meningkatkan pendidikan yang saat ini masih rendah. Dan jika kalian kelak sudah besar apabila memilih pekerjaan janganlah memandang seberapa besar upah atau gaji yang didapat. Tetapi lihatlah manfaatnya, apakah berguna untuk semua orang atau tidak dan perjuangkan apa yang kalian cita-citakan sekarang”.
Nita berkata,”Berarti ayah itu seperti pahlawan tanpa tanda jasa dong, kan ayah walaupun mendapat gaji sedikit tapi ayah berjuang untuk menjadi guru SD, ya kan yah?”
Pak Ton hanya tersenyum, dan tiba-tiba Renya menyaut pembicaan,”Kalau aku sudah besar aku mau seperti ayah ahh, jadi guru yang baik dan jadi pahlawanbuntuk semua”, lalu ibunya berkata,”Rena mau jadi pahlwan juga ya?pahlawan apa?”, Nita menjawab,”Pahlawan nangis!”. Mereka serentak tertawa.
            Pagi hari Pak Ton bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah bersama Nita. Dengan media-media belajarnya yang selalu dibawanya untuk mengajar. Setiap hari Pak Ton selalu membuat media untuk anak didiknya, dan Pak Ton Tidak pernah mengeluh tentang berapa biaya yang harus ia keluarkan. Guru-guru yang lainnya sampai kagum dengan Pak Ton, walau masih honorer ia tetap semangat untuk mengajar memberikan ilmu kepada anak didiknya dengan ikhlas dan sabar.
            Perjuangan Pak Ton tidak dapat ternilaikan karena Pak Ton rela berkorban demi mencerdaskan anak didiknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar