Perjuangan
Pak Ton
Disebuah
desa yang terletak di pinggir kota ada sebuah keluarga yang cukup sederhana.
Nita dan Rena adalah seorang kakak adik, Nita masih duduk di kelas 5 SD
sedangkan Rena masih TK. Ayah mereka berprofesi sebagai guru SD dan ibunya sebagai
penjahit baju di rumah. Ayah Nita dan Rena namanya Toni, jika sedang di sekolah
sering dipanggil Pak Ton.
Pak
Ton adalah seorang guru SD yang masih honorer, gajinya pun sangat minim untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun Pak Ton dikenal sangat kreatif dalam
menyampaikan pelajaran, walaupun gajinya tidak sebarapa tetapi Pak Ton selalu
semangat menjadi seorang guru SD. Murid-muridnya pun banyak yang suka dengan
cara mengajarnya, dia selalu mempunyai ide-ide yang sangat menarik untuk
mengalihkan konsentrasi siswanya saat belajar. Akan tetapi Nita tidak diajar
ayahnya karena Pak Ton hanya mengajar kelas 3 dan 4 saja.
Suatu
hari saat berkumpul di depan TV dengan keluarga istri Pak Ton bertanya,”Kenapa
ayah tidak ganti pekerjaan saja yang gajinya lebih besar dari yang sekarang?”,
Pak Ton menjawab sekaligus memberi nasehat kepada anak-anaknya.”Tidak, karena
ayah sudah niat menjadi seorang guru walau gajinya tidak seberapa. Untuk anakku
Nita dan Rena, ayah bekerja menjadi seorang guru SD karena ayah sejak kecil
ingin meningkatkan pendidikan yang saat ini masih rendah. Dan jika kalian kelak
sudah besar apabila memilih pekerjaan janganlah memandang seberapa besar upah
atau gaji yang didapat. Tetapi lihatlah manfaatnya, apakah berguna untuk semua
orang atau tidak dan perjuangkan apa yang kalian cita-citakan sekarang”.
Nita
berkata,”Berarti ayah itu seperti pahlawan tanpa tanda jasa dong, kan ayah
walaupun mendapat gaji sedikit tapi ayah berjuang untuk menjadi guru SD, ya kan
yah?”
Pak
Ton hanya tersenyum, dan tiba-tiba Renya menyaut pembicaan,”Kalau aku sudah
besar aku mau seperti ayah ahh, jadi guru yang baik dan jadi pahlawanbuntuk
semua”, lalu ibunya berkata,”Rena mau jadi pahlwan juga ya?pahlawan apa?”, Nita
menjawab,”Pahlawan nangis!”. Mereka serentak tertawa.
Pagi hari Pak Ton bersiap-siap untuk
berangkat ke sekolah bersama Nita. Dengan media-media belajarnya yang selalu
dibawanya untuk mengajar. Setiap hari Pak Ton selalu membuat media untuk anak
didiknya, dan Pak Ton Tidak pernah mengeluh tentang berapa biaya yang harus ia
keluarkan. Guru-guru yang lainnya sampai kagum dengan Pak Ton, walau masih
honorer ia tetap semangat untuk mengajar memberikan ilmu kepada anak didiknya
dengan ikhlas dan sabar.
Perjuangan Pak Ton tidak dapat
ternilaikan karena Pak Ton rela berkorban demi mencerdaskan anak didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar