BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia pada
dasarnya masih menggunakan pembelajaran yang bersifat pasif atau tidak
mengaktifkan siswa. Berdasarkan
bukti pengamatan yang sering dilakukan oleh mahasiswa, bahwa sering sekali
siswa tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru, dikarenakan siswa
kurang tertarik dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Pembelajaran di kelas masih bersifat ceramah, guru-guru kurang kreatif dalam setiap proses pembelajaran, pada umumnya guru hanya mementingkan
materinya tersaimpaikan, tanpa melihat pemahaman anak tentang materi yang
disampaikan. Sehingga belum
tentu siswa mampu menyerap semua materi yang telah disampaikan oleh guru.
Kebanyakan guru kurang aktif dalam menggunakan media pembelajaran yang sesuai
untuk siswa, sehingga siswa kurang memahami setiap materi yang guru sampaikan
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena pada dasarnya siswa harus
merasa tertarik terlebih dahulu untuk memulai suatu proses pembelajaran, jika
siswa sudah merasa bosan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang
terasa sangat monoton maka siswa kurang dalam menyerap setiap materi yang
diberikan oleh guru, jadi guru harus merangsang siswa terlebih dahulu sebelum
melakukan proses pembelajaran agar tumbuh minat siswa untuk lebih termotivasi
pada saat melakukan proses pembelajaran, sehingga siswa akan menyerap materi
yang disampaikan oleh guru dengan baik dan hasil yang akan dicapaipun lebih
maksimal. Berkaitan dengan memberikan motivasi terhadap siswa, guru harus lebih
mengetahui tentang tingkat kecerdasan dan tahap siswanya agar guru dapat
memberikan media dan metode pembelajaran yang tepat untuk siswa didiknya.
Begitulah pada umumnya dunia pendidikan di indonesia masih banyak menggunaka
metode belajar yang kurang sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa dikarenakan
faktor guru yang kurang berkompeten dan faktor lingkungan yang kurang medukung
dalam setiap proses pembelajaran.
B.
Tujuan Observasi
Untuk
menambah pemahaman mahasiswa tentang model pembelajaran di kelas, dan juga dikarenakan ada tugas pada
matakuliah matematika 2 untuk melakukan observasi pembelajaran kelas atas.
Dalam observasi ini
mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui model pembelajaran yang
baik untuk anak didiknya pada masa yang akan datang. Dan mahasiswa mampu menemukan
masalah-masalah yang seringdi hadapai oleh guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Sehingga diharapkan dari masalah-masalah yang ada dilapangan dapat
membantu mahasiswa dalam menelukan jalan keluar jika suatu saat menjadi seorang
guru. Diharapkan juga mahasiswa dapat menemukan ide-ide kreatif baru atau model
pembalajaran baru yang bisa di aplikasikan dalam dunia pendidikan, melalui
media pembelajaran atau melalui metode-metode yang telah diajarkan. Sehingga
mahasiswa memiliki banyak pengalaman untuk bekal pada saat mahasiswa turun
langsung kelapangan untuk melakukan proses pembelajaran. Dan juga tujuan
melakukan observasi ini adalah untuk mengetahui seperti apa model pembelajaran
yang dilakukan oleh guru kelas atasa dalam setiap proses pembelajran, sehingga
dapat diketahui tentang karakter setiap siswa, media pembelajaran yang
digunakan dan fasilitas yang tersedia atau mendukung proses pembelajaran.
Sehingga diharapkan mahasiswa mampu menjadi mahasiswa yang kreatif, inovatif
dan berkarakter.
C.
Manfaat Observasi
Observasi ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam hal memberikan sebuah
pengalaman kepada setiap mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu memecahkan
masalah-masalah yang terjadi pada setiap proses pembelajaran yang akan dihadapinya
pada saat mahasiswa menjadi seorang guru. Mahasiswa juga dapat menuangkan ide-ide barunya setelah melakukan observasi
karena observasi sangat membantu mahasiswa untuk menemukan pengaplikasian
alternativ lainnya pada saat proses pembelajaran. Sehingga untuk kedepannya
mahasiswa sudah memiliki banyak pengalaman dalam bidang pendidikan karena sudah
berbekal pengatahuan tentang masalah-masalah yang sering muncul dalam sebuah
proses pembelajaran.jadi pada intinya observasi yang dilakukan sangat membantu
mahasiswa dalam segi apapun karena sangat bermanfaat bagi mahasiswa dari saat
ini sampai yang akan datang.
BAB
II
HASIL
OBSERVASI
A. Profil
Sekolah dan Profil Kelas
SD N Tanjungtirto 1 yang Beralamat di jalan Tanjungtirto, kelurahan Kalitirto, kecamatan Berbah, kabupaten Sleman, Yogyakarta telah
berakreditasi A dan gedung yang digunakan adalah gedung milik sendiri. Sekolah ini berdiri pada tahun 1949, jadi pada saat
ini sekolah ini telah berdiri selama
kurang lebih 64 tahun. Dan Kepala Sekolah SD N Tanjungtirto saat ini adalah Ibu
Suyati,
S.Pd.SD.
Pencapaiain yang telah dilakukan oleh SD N Tanjungtirto mencakup 8
Standar Nasional Pendidikan hasil Evaluasi Diri Sekolah tahun 2012. Diantaranya
adalah. Standard Penilaian, Standard isi, Standard Proses, Standard Kompetensi
lulusan, Standard PTK, Standard Saran dan Prasarana, Standard Pengelolaan dan
yang terakhir dalah Standard Pengelolaan.
Lingkungan sekitar SD N Tanjungtirto terletak di pinggir jalan raya,
tepatnya di timur bandara Adi sucipto. Sehingga sering terdengar suara bising
kendaraan dan sangat mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Sarana dan Prasaran yang tersedia di SD N Tanjungtirto telah mendukung
terhadap proses pembelajaran diantaranya telah tersedia ruang kelas, ruang
komputer, ruang perpustakaan, ruang guru, ruang UKS dan mushola yang sesuai
dengan Standar, sehingga membantu guru pada saat melakukan proses pembelajaran.
B. Proses
Pelaksanaan Pembelajaran
1.
Pelaksanaan Pembelajaran Matematika
di Kelas
Proses pembelajaran yang terjadi dikelas kelas atas SD N
Tanjungtirto kurang kondusif, guru cenderung lebih menggunakan metode ceramah
sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa cepat bosan sehingga
suasana kelas menjadi kurang terkendali. Guru juga kurang aktif dalam
menggunakan media yang berhubungan dengan materi yang sedang disampaikan,
misalnya menyampaikan materi tentang penjumlahan bilangan pecahan. Guru tidak
menggunakan sebuah media pembelajaran untuk membuat lebih menarik. Jika siswa
yang memang mampu menyerap materi yang diberikan mereka akan nyaman-nyaman
saja, akan tetapi bagi siswa yang kurang mampu menyerap materi dengan baik,
tentu ini menjadi sebuah persoalan yang sangat sulit untuk siswa tersebut.
Di SD N Tanjungtirto masih menggunakan metode ceramah,
tidak dengan metode realistik. Pembelajaran matematika hanya menggunakan metode
drill and practice ( latihan dan pembahasan soal ), sehingga anak belum
memahami konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran ada yang aktif
mendengarkan tetapi juga banyak dari siswa kurang aktif dalam menyimak setiap materi yang sedang diberikan
oleh guru. Murid cenderung sibuk dengan aktifitasnya sendiri, kemungkinan ini
terjadi karena guru kurang dalam hal merangsang siswanya untuk aktif dalam
setiap proses pembelajaran. Tetapi ada juga murid yang memang selalu aktif
untuk lebih tahu tentang materi yang sedang diberikan oleh guru, misalnya
dengan bertanya kepada guru atau berdiskusi dengan temannya.
C. Permasalahan-Permasalahan
yang Muncul dalam Pembelajaran
Permasalahan yang sering sekali muncul dalam setiap
proses pembelajaran adalah anak kurang memahami tentang soal-soal cerita, siswa
kurang bisa memahami sampai saat ini siswa belum mampu memecahkan masalah
tentang materi tersebut.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Tanggapan mengenai kegiatan
pembelajaran
Kegiatan proses pembelajaran yang berlangsung di SD N
Tanjungtirto menurut kelompok kami sudah lumayan bagus, karena dengan fasilitas yang ada,
mampu membantu guru dalam menyampaikan sebuah materi dalam proses pembelajaran
di kelas. Namun yang harus di tingkatkan oleh guru adalah penggunaan media
pembelajaran yang harus sesuai dengan tingkat kebutuhan siswanya sendiri. Semua itu diperlukan untuk lebih
mendapatkan hasil yang maksimal tentang penyerapan materi oleh siswa. Sehingga
akan didapatkan hasil yang maksimal.
B.
Hal-hal yang dapat dipelajari
sebagai seorang calon guru
Hal-hal bisa dipelajari bagi mahasiswa sebagai seorang calon
guru, sangat banyak yang bisa dipelajari. Mahasiswa dapat mengetahui
masalah-masalah yang sering muncul dalam setiap proses pembelajaran sehingga
mahasiswa memiliki sebuah pengalaman untuk didrinya jiuka menjadi seorang guru
nanti. Metode-metode yang harus diterapkan oleh guru untuk siswanya sangatlah
penting untuk dipelajari, karena ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa
pada nantinya. Seorang guru adalah sesorang yang mempunyai tanggung jawab yang
besar secara moral, guru sekolah dasar adalah ujung tombak dari sebuah
pendidikan karena jika guru itu berhasil dalam mendidik setiap siswanya, maka
dapat dipastikan siswanya akan berhasil juga ditahap berikutnya.
C.
Masukan / ide-ide yang mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran
Ide-ide yang menurut kelompok kami bisa meningkatkan
kualitas pembalajaran lebih mengarah pada proses pembelajaran dan metode
pembelajaran realistik. Pembelajaran realistik adalah Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR) merupakan operasionalisasi dari suatu pendekatan pendidikan matematika
yang telah dikembangkan di Belanda dengan nama Realistic Mathematics Education
(RME) yang artinya pendidikan matematika realistik.
Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah kontekstual (contextual problems) sebagai titik tolak dalam belajar matematika. Perlu dicermati bahwa suatu hal yang bersifat kontekstual dalam lingkungan siswa di suatu daerah, belum tentu bersifat konteks bagi siswa di daerah lain. Contoh berbicara tentang kereta api, merupakan hal yang konteks bagi siswa yang ada di pulau Jawa, namun belum tentu bersifat konteks bagi siswa di luar Jawa. Oleh karena itu pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik harus disesuaikan dengan keadaan daerah tempat siswa berada. Masalah dalam pembelajaran matematika merupakan suatu “keharusan” dalam menghadapi dunia yang tidak menentu. Siswa perlu dipersiapkan bagaimana mendapatkan dan menyelesaikan masalah. Masalah yang disajikan ke siswa adalah masalah kontekstual yakni masalah yang memang semestinya dapat diselesaikan siswa sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupannya.
Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah kontekstual (contextual problems) sebagai titik tolak dalam belajar matematika. Perlu dicermati bahwa suatu hal yang bersifat kontekstual dalam lingkungan siswa di suatu daerah, belum tentu bersifat konteks bagi siswa di daerah lain. Contoh berbicara tentang kereta api, merupakan hal yang konteks bagi siswa yang ada di pulau Jawa, namun belum tentu bersifat konteks bagi siswa di luar Jawa. Oleh karena itu pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik harus disesuaikan dengan keadaan daerah tempat siswa berada. Masalah dalam pembelajaran matematika merupakan suatu “keharusan” dalam menghadapi dunia yang tidak menentu. Siswa perlu dipersiapkan bagaimana mendapatkan dan menyelesaikan masalah. Masalah yang disajikan ke siswa adalah masalah kontekstual yakni masalah yang memang semestinya dapat diselesaikan siswa sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupannya.
BAB
IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil observasi yang kami lakukan di SD N
Tanjungtirto kami dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran yang sering
dilakukan adalah dengan menggunakan metode ceramah sehingga kurang efektif
untuk proses penyerapan materi oleh siswa. Sehingga kami dapat menemukan solusi
untuk masalah-masalah yang sering dihadapi oleh guru.
B.
Saran
Untuk lebih menambah
keaktifan siswa perlu diberlakukan proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam
setiap kegiatan pemb elajaran. Sehingga siswa akan lebih mudah untuk
mengeksplorasi dirinya dalam setiap proses kegiatan pembelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar